SEPAK TERJANG - Prahara asmara selalu memberikan efek bucin dan ambyar. Konon katanya; ketika dua insan jatuh cinta, mereka akan selalu memikirkan orang yang mereka cintai, ingin selalu berada di dekatnya, dan adanya perasaan untuk saling memiliki satu sama lain. Perasaan untuk saling memiliki merupakan hal yang wajar dalam suatu hubungan romantis. Hal itu dianggap sebagai bentuk rasa cinta kepada pasangannya.
cinta adalah suatu emosi atau afeksi yang kuat yang melibatkan kelekatan dan kepedulian. Kelekatan menimbulakan keinginan yang kuat untuk bersama dan dipedulikan oleh orang yang dicintai dan kepedulian menimbulkan pemenuhan kebutuhan orang yang dicintai menjadi sama pentingnya dengan pemenuhan kebutuhan diri sendiri sehingga seseorang akan selalu berusaha untuk membuat pasangannya merasa senang dan nyaman.
Orang yang terikat dalam hubungan ‘pacaran’ terkadang merasa paling mengetahui dan memahami pasangannya. Tak jarang, hal itu sering kali membuat seseorang merasa berhak untuk mengontrol, membatasi, bahkan melarang pasangannya melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Perilaku tersebut dikenal dengan istilah posesif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) posesif merupakan sifat yang membuat seseorang merasa menjadi pemilik. Dengan kata lain, orang yang memiliki sifat posesif merasa bahwa pasangannya adalah miliknya. Seseorang yang posesif berperilaku seperti dapat memperlakukan pasangan sesuai yang diinginkan seolah - olah dia adalah tuannya yang dapat mengendalikan segalanya termasuk kehidupan, emosi, dan perasaan pasangan.
Baca Juga: Kalau Bisa Bahagia, Kenapa Hustling?
Mengapa orang dapat berperilaku posesif?
Seseorang yang posesif umumnya disebabkan karena pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan, seperti gagalnya hubungan masa lalu, pernah dikhianati, perasaan takut kehilangan – terlebih bagi seseorang yang mempunyai trauma ditinggalkan oleh pasangan dan seseorang yang tidak tercukupi kebutuhan kasih sayang dari keluarga serta perasaan tidak aman (insecure) dalam hubungan yang sedang dijalaninya.
Jika perasaan tidak aman karena takut kehilangan itu sudah menguasai pikiran, maka yang bisa dilakukan oleh orang itu adalah selalu menghubungi pasangan untuk memeriksa atau bahkan mengikutinya, selalu mengatur dan melarang pasangan untuk melakukan hal yang dianggap sebagai ancaman dalam hubungan mereka, seperti melarang pasangan bertemu teman, bekerja dengan rekan lawan jenis.
Apakah hal itu bisa dianggap wajar?
Jawabannya tentu ‘TIDAK’ karena perilaku posesif merupakan salah satu tanda dan asal muasal munculnya perilaku obsesif. Dalam istilah psikologis, Obsesi bisa diartikan sebagai keinginan dan kemauan seseorang untuk dapat memperoleh sesuatu yang diinginkan. Nah, perilaku posesif yang cenderung obsesif termasuk dalam gaya cinta mania
Tipe cinta mania merupakan gaya cinta yang penuh obsesif dan sangat bergantung pada pasangan. Seseorang yang terlibat dalam gaya cinta mania berpikir bahwa mereka sangat mencintai dan menyayangi pasangan. Akan tetapi, cinta mania dipenuhi oleh rasa cemburu dan reaksi emosial yang berlebihan yang sering kali ditunjukkan dengan cara Obsesi sehingga orang dengan gaya cinta mania seringkali merasa terancam dan meragukan perasaan pasangannya.
Baca Juga: Mencapai Work-Life Balance Bagi Generasi Millenial