SEPAK TERJANG - Pasca pandemi covid-19, memunculkan perubahan dalam pola hidup bermasyarakat dalam banyak bidang. Pemerintah Indonesia mengubah sistem sekolah dan bekerja yang semula secara langsung menjadi daring atau virtual. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi selama pandemi covid-19 memunculkan kondisi Overwork bagi para pekerja maupun mahasiswa yang sebagian masih berlangsung hingga saat ini. Ternyata, beraktivitas secara virtual dapat menyebabkan Notification Anxiety loh.
Notification Anxiety adalah keadaan dimana seseorang merasakan takut dan cemas ketika melihat ataupun mendengar notifikasi yang masuk ke smartphone-nya, dimana kecemasan ini muncul karena banyaknya informasi yang masuk secara terus menerus sepanjang waktu (Surya, 2021).
Kondisi Overwork pasca pandemi ini dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti stress dalam bentuk ketakutan, kegelisahan dan kecemasan. Namun dampak psikologis yang ditimbulkan dari menggunakan sistem WFH (work from home) dan SFH (school from home) sebagian masih dirasakan oleh masyarakat hingga sekarang. Disadari ataupun tidak, karena adanya kemudahan akses bukan membuat belajar menjadi lebih menyenangkan, tetapi membuat batasan dalam pembelajaran semakin hilang (Alamsyah, 2021).
Baca Juga: Peran Gaya Hidup Produktif terhadap Guilty Pleasure
Notifikasi-notifikasi smartphone yang berbunyi di malam hari karena banyak pesan yang masuk dari dosen, teman atau atasan, akan menimbulkan perasaan cemas dan memikirkan ada hal penting apa yang terjadi di kelas atau tempat kerja sehingga kualitas istirahat malam hari menjadi berkurang. Selain itu, meningkatnya jumlah pesan yang belum sempat dibaca juga akan menimbulkan perasaan cemas, karena berpikir akan ketinggalan pembahasan yang penting (Maulid, 2021) .
Pada sebuah studi tentang kecanduan smartphone, ditemukan bahwa notifikasi dapat mengubah kimia di dalam otak dan menyebabkan ketidakseimbangan di dalamnya. Studi ini menunjukan hubungan antara penggunaan smartphone dan kecemasan, depresi dan impulsif. Selain itu, notifikasi yang terus-menerus aktif dapat menyebabkan pola yang disebut “switch cost”, dimana hal tersebut adalah gangguan seperti notifikasi yang dapat mengalihkan perhatian seseorang dari suatu tugas dan mengurangi produktivitas (Seo, 2017) .
Dari hasil penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa subyek (IA) mengalami kecemasan karena notifikasi yang masuk di smartphone-nya. Perasaan- perasaan yang timbul akibat dari Notification Anxiety ini meliputi takut, lelah, burnout, muak, badmood, jenuh, hingga menimbulkan respon fisiologis berupa detak jantung yang meningkat dan gemetaran.
Baca Juga: DPR Sahkan Undang-undang Terbaru Meski Gugatan Terus Dilayangkan
Menurut Rosen (dalam Caiola, 2017) ketika smartphone mengeluarkan suara atau getaran notifikasi dapat menghasilkan reaksi mental dan fisik pada seseorang. Seperti detak jantung yang meningkat, kulit kesemutan, cemas, gelisah dan merasa tidak nyaman setiap mendengar notifikasi. Banyaknya notifikasi pesan yang masuk lama-kelamaan akan membuat sesorang mengalami kecemasan (Makarim, 2021).
Notifikasi-notifikasi yang berpotensi menimbulkan kecemasan yaitu notifikasi pekerjaan/kuliah dan notifikasi sosial. Selain itu notifikasi yang terus-menerus aktif dapat mengalihkan seseorang dari suatu tugas sehingga dapat mengurangi produktivitas. Sistem WFH (work from home) dan SFH (school from home) yang dipandang lebih mudah dan menyenangkan, karena tidak perlu susah-susah untuk berangkat kerja ataupun kuliah ternyata menyimpan kekurangan dibaliknya. Karena sistem bekerja dan berkuliah menjadi serba online menyebabkan notifikasi yang masuk ke smartphone terus menerus masuk dari pagi bahkan hingga larut malam.
Baca Juga: 6 Soft Skills Yang Dapat Kamu Pelajari Gratis di Internet Agar Mudah Dapat Pekerjaan!
Salah satu solusi mudah untuk menghindari perasaan ini adalah dengan mematikan notifikasi sepenuhnya atau dapat juga dilakukan dengan membuat kategori prioritas pada notikasi. Pada smartphone juga terdapat opsi untuk membisukan kontak atau percakapan obrolan untuk sementara. Solusi lain yang dapat dilakukan adalah membuat jadwal kapan harus fokus pada suatu pekerjaan dan kapan memeriksa smartphone (Caiola, 2017).
*Oleh Suwanda, Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (dalam kolaborasi tulisan dengan Elda Yunika Prianingrum)
Artikel Terkait
6 Soft Skills Yang Dapat Kamu Pelajari Gratis di Internet Agar Mudah Dapat Pekerjaan!
3+ Tempat Nongkrong di Depok Yang Buka 24 Jam Setelah Pandemi Covid-19. No Hoax!
Peraih Nobel Perdamaian 2022 Kompak Kritik Perang Rusia